Hipnoterapi Sembuhkan Gagap
Gagap merupakan gangguan bicara, dengan indikasi
tersendatnya pengucapan kata-kata atau rangkaian kalimat. Kelainan ini dapat
berupa kehilangan ide untuk mengeluarkan kata-kata, pengulangan beberapa suku
kata, kesulitan mengeluarkan bunyi pada huruf-huruf tertentu, sampai dengan
ketidakmampuan mengeluarkan kata-kata sama sekali.
Gagap biasanya berhubungan dengan masalah kepercayaan diri dan mudah gugup. Apabila seorang penderita gagap berhadapan dengan situasi atau seseorang yang membuatnya gugup, maka reaksi pada tubuh yang sering terjadi adalah ketegangan yang terlihat saat berbicara yang dibarengi oleh gerakan-gerakan wajah, gerakan kaki, tangan, dan sebagainya. Jenis-jenis gagap menurut fasenya.
Penyebab Gagap
Gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun
psikologis. Penyebab fisik yaitu kemungkinan berasal dari keturunan yang
menyebabkan ketidaksempurnaan secara fisik seperti gangguan pada syaraf
bicara, gangguan alat bicara, keterbatasan lidah. Penyebab psikologis yaitu ketegangan yang berasal dari reaksi seseorang
terhadap lingkungannya, stress mental karena sesuatu yang dirasakan tidak
dapat dilakukannya.
Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan
oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan,
dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai
dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga
membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap
ketika menangis bisa menjadi "kebiasaan" sampai dewasa.
Pengalaman kami membantu klien yang gagap lumayan
banyak. Sehingga wajar apabila kami sama sekali tidak meragukan kemampuan
kami untuk membantu klien yang menderita gagap. Bahkan kami memberi garansi
kembali kepada setiap klien. Sebab itu, bagi Anda yang mengalami gagap dan
sudah mencoba banyak cara untuk menghilangkan gagap tapi belum berhasil, bisa
mencoba metode teknik penyembuhan gagap dengan hipnoterapi yang kami
kembangkan.
|
Selasa, 14 Februari 2012
stuttering
Senin, 13 Februari 2012
Studi: Anak Autis Miliki Otak Lebih Besar
Satu dari 100 anak mengalami autisme ringan hingga berat.
VIVAnews - Para ilmuwan menemukan, anak laki-laki yang mengalami autisme memiliki volume otak lebih besar dibandingkan rekan mereka yang normal. Namun, hal ini tak terjadi pada anak perempuan yang mengalami autisme.
Dalam sebuah studi terbesar dari jenisnya, peneliti menemukan bahwa anak dengan autisme regresif memiliki volume otak enam persen lebih besar daripada mereka yang tidak autis. Penemuan ini menambah bukti bahwa kondisi otak yang tak dapat disembuhkan ini dipengaruhi perkembangan neurologis.
Autisme, yang mempengaruhi satu dari setiap 100 orang, akan menghambat kemampuan berkomunikasi, mengenali emosi dan bersosialisasi. Autisme terjadi dalam bentuk yang ringan maupun berat.
Dalam sebuah studi terbesar dari jenisnya, peneliti menemukan bahwa anak dengan autisme regresif memiliki volume otak enam persen lebih besar daripada mereka yang tidak autis. Penemuan ini menambah bukti bahwa kondisi otak yang tak dapat disembuhkan ini dipengaruhi perkembangan neurologis.
Autisme, yang mempengaruhi satu dari setiap 100 orang, akan menghambat kemampuan berkomunikasi, mengenali emosi dan bersosialisasi. Autisme terjadi dalam bentuk yang ringan maupun berat.
Selama studi, tim peneliti Universitas California memindai 180 otak anak berusia dua hingga empat tahun. Dari pindai MRI diketahui 61 anak mengalami autisme regresif saat anak berusia 18-24 bulan. Sisanya, 53 orang terdeteksi mengalami autisme awal dan 66 orang tidak memiliki autisme sama sekali.
Pemimpin peneliti Christine Wu Nordahl mengatakan, "Temuan memperlihatkan anak laki-laki dengan autisme regresif menunjukkan bentuk neuropatologi yang berbeda dari anak yang mengalami autisme dini," katanya kepada Daily Mail.
Di sisi lain, anak perempuan dengan autis dalam penelitian ini, tidak memiliki perbedaan dibandingkan anak normal. Para ahli menduga, hal ini bisa membuktikan adanya pengaruh gender dalam autisme.
Temuan yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences Early Editionmendorong para ilmuwan untuk menyelidiki bagaimana patologi otak bervariasi dalam kelompok autisme yang berbeda.
Pemimpin peneliti Christine Wu Nordahl mengatakan, "Temuan memperlihatkan anak laki-laki dengan autisme regresif menunjukkan bentuk neuropatologi yang berbeda dari anak yang mengalami autisme dini," katanya kepada Daily Mail.
Di sisi lain, anak perempuan dengan autis dalam penelitian ini, tidak memiliki perbedaan dibandingkan anak normal. Para ahli menduga, hal ini bisa membuktikan adanya pengaruh gender dalam autisme.
Temuan yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences Early Editionmendorong para ilmuwan untuk menyelidiki bagaimana patologi otak bervariasi dalam kelompok autisme yang berbeda.
• VIVAnews
Langganan:
Postingan (Atom)